SINTANG – Rangkaian pembukaan Pekan Gawai Dayak (PGD) Kabupaten Sintang Ke-XII Tahun 2025 diwarnai dengan tradisi sakral besampi batu telur yang berlangsung di Rumah Betang Tampun Juah, Jerora Satu, Sintang, Rabu 16 Juli 2025. Tradisi ini bukan sekadar seremoni, tetapi penuh makna filosofis tentang kepemimpinan dan spiritualitas Dayak.
Usai menginjak batu dan telur, Bupati Sintang Gregorius Herkulanus Bala dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat kemudian “ditabak” oleh tetua adat. Mereka dibacakan sampi sareh doa-doa adat Dayak yang sarat harapan baik dan permohonan kelancaran bagi para pemimpin serta seluruh jalannya perayaan.
Batu yang diinjak dalam prosesi ini bukan batu biasa. Ketika pecah, ia menjadi simbol bahwa para pemimpin, dalam hal ini Bupati dan Wakil Bupati Sintang, mampu memecahkan berbagai persoalan di daerahnya. Batu tersebut melambangkan kekuatan dan kekokohan pemimpin dalam menjalankan tugas.
“Sebelum menginjak batu dan telur, kami sebagai tuan rumah kami juga akan memohon doa kepada penguasa langit dan bumi versi kami Dayak Desa. Karena ini ada batu dan telur, maka saya akan besampi batu dulu baru kemudian telur,” kata Bala.
Sebelum menjalani prosesi tersebut, Bupati Sintang yang merupakan putra asli Dayak Desa dan memahami tradisi besampi besareh sempat mengucapkan sepenggal sampi sareh sebagai doa kepada penguasa langit dan bumi dalam mitologi Dayak. Hanya setelah itu, ia baru menjalani prosesi menginjak batu dan telur.
Bupati terlebih dahulu besampi batu, sebagai simbol awal kekuatan, sebelum dilanjutkan oleh Wakil Bupati Sintang Florensius Ronny yang juga besampi batu. Kemudian, giliran Wakil Gubernur Kalbar yang melanjutkan dengan besampi telur.
